Pangandaran, Central Pers – Dengan hamparan pasir hitam yang luas dan ombak yang ramah, telah lama menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Sejak ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata primadona di Jawa Barat, Pangandaran tak hanya menawarkan keindahan alam dan beragam aktivitas rekreasi air, tetapi menyimpan cerita-cerita unik di balik hingar-bingar pariwisatanya.
Salah satu kisah yang mungkin luput dari perhatian banyak orang adalah keberadaan sekitar dua puluh individu yang secara konsisten, bahkan mungkin bisa disebut secara profesional, menjalankan profesi mencari “harta karun” di pesisir pantai. Mereka adalah pemburu harta karun malam hari, sekelompok orang yang memiliki keahlian dan ketekunan luar biasa dalam mengais rezeki di bawah temaram cahaya bulan dan bintang.
Profesi ini, meski terdengar eksotis, sejatinya adalah cerminan dari adaptasi dan kegigihan. Disaat sebagian besar wisatawan telah kembali ke penginapan mereka, suara ombak dan angin malam menjadi teman setia bagi orang-orang tersebut. Mereka bukan bajak laut dalam dongeng, melainkan pekerja keras yang memahami ritme alam dan memanfaatkan kondisi tertentu untuk menemukan rezeki.
Uang koin hingga perhiasan berharga milik para pengunjung yang tak sengaja terjatuh saat berenang atau beraktivitas di pantai, menjadi target utama perburuan mereka. Kisah mereka adalah jendela menuju sisi lain kehidupan di Pangandaran, sebuah potret tentang bagaimana manusia menemukan cara untuk bertahan hidup, bahkan dari hal-hal yang tak terduga.
Motivasi mereka beragam, namun benang merahnya adalah kebutuhan ekonomi. Bagi sebagian dari mereka, ini adalah mata pencaharian utama yang menopang keluarga. Bagi yang lain, ini adalah penghasilan tambahan yang signifikan. Mereka paham bahwa profesi yang dijalani menuntut keahlian, kesabaran dan pemahaman mendalam tentang karakter pantai. Sebagian besar dari mereka belajar secara otodidak, melalui pengalaman langsung dan pengamatan. Mereka saling berbagi informasi, meski persaingan tetap ada. Mereka mengamati perubahan garis pantai, pola arus dan titik-titik dimana wisatawan sering beraktivitas. Pengetahuan ini tidak datang dari buku, melainkan dari ribuan jam yang dihabiskan di bawah terpaan angin laut serta dinginnya malam.
Mereka adalah potret manusia yang adaptif. Di era modern ini, dimana banyak pekerjaan bergantung pada teknologi tinggi dan pendidikan formal, para pemburu harta karun ini menunjukkan bahwa masih ada ruang bagi profesi yang mengandalkan intuisi, pengalaman dan koneksi dengan alam. Mereka adalah saksi bisu dari jutaan momen kecerobohan kecil yang tak disadari oleh para wisatawan, dari momen-momen itu, mereka menciptakan sebuah mata pencarian yang unik.
Untuk menjalankan misi perburuan harta karun ini, para pencari dilengkapi dengan seperangkat alat tempur sederhana namun efektif. Peralatan ini telah teruji oleh waktu dan kondisi lapangan yang keras. Yang paling utama tentu saja adalah metal detektor. Alat ini bukan sekadar mainan, melainkan perangkat canggih yang dirancang untuk mendeteksi logam di bawah permukaan tanah. Jenis metal detektor yang mereka gunakan bervariasi, dari model dasar hingga yang lebih sensitif dan mahal. Mereka tahu bagaimana mengkalibrasi detektor mereka agar optimal mendeteksi logam kecil seperti koin dan perhiasan, sambil mengabaikan sampah non-logam. Suara beep yang dihasilkan detektor adalah “bahasa” bagi mereka; suara yang berbeda menunjukkan jenis logam yang berbeda, dan intensitas sinyal menunjukkan kedalamannya.
Selain metal detektor, sekop adalah peralatan vital lainnya. Sekop yang mereka gunakan umumnya berukuran sedang dan dimodifikasi agar lebih ringkas serta kuat untuk menggali pasir. Mereka juga memiliki teknik penggalian yang efisien, meminimalkan kerusakan pada pasir dan cepat mengidentifikasi objek yang terdeteksi. Kecepatan dan ketepatan penggalian sangat penting, terutama ketika berhadapan dengan gelombang yang bisa menutupi kembali lubang galian.
Alat terakhir adalah senter yang menjadi penerang jalan mereka. Senter yang kuat dan tahan air sangat penting untuk menembus kegelapan malam. Mereka menggunakannya untuk menerangi area pencarian, memastikan tidak ada benda berbahaya yang terinjak dan memeriksa hasil temuan dengan cermat. Senter kepala juga sering digunakan untuk kebebasan tangan.
Waktu kerja mereka sangat bergantung pada fenomena air laut surut. Ini adalah kunci sukses perburuan mereka. Ketika air laut surut, area pasir yang sebelumnya tertutup air kini terbuka, mengungkap dasar laut yang mungkin menyimpan barang-barang jatuh. Kondisi air surut biasanya terjadi di malam hari atau dini hari, tergantung pada siklus pasang surut bulanan. Mereka memahami grafik pasang surut dan merencanakan waktu kerja mereka dengan cermat. Beberapa jam kritis saat air surut maksimal adalah waktu paling produktif bagi mereka.
Strategi pencarian mereka juga tidak asal-asalan. Mereka memiliki pola sapuan detektor yang sistematis, seringkali membentuk garis-garis paralel atau pola grid untuk memastikan tidak ada area yang terlewat. Mereka akan fokus pada area-area yang sering menjadi tempat berenang, bermain pasir atau tempat orang bersantai, karena disitulah potensi barang terjatuh lebih tinggi. Ketika detektor mengeluarkan sinyal, mereka akan segera menandai titik tersebut, menggali dan memeriksa temuan mereka.
Apa saja harta karun yang biasa mereka temukan? Jawabannya cukup beragam, namun yang paling umum adalah uang koin dan perhiasan berharga. Uang koin bisa dari berbagai denominasi, mulai dari pecahan kecil hingga koin seribu rupiah, bahkan kadang koin asing dari wisatawan mancanegara. Jumlahnya bervariasi, kadang hanya beberapa keping, namun tak jarang mereka bisa mengumpulkan ratusan ribu rupiah dalam semalam dari koin-koin ini.
Namun, yang paling dinanti adalah penemuan perhiasan. Cincin, kalung, anting, dan gelang, seringkali terbuat dari emas atau perak, adalah temuan yang paling menguntungkan. Sebuah cincin emas bisa mengubah total pendapatan mereka dalam semalam. Ada cerita-cerita tentang penemuan cincin berlian atau perhiasan dengan desain unik yang jelas milik wisatawan berduit. Temuan perhiasan ini seringkali menjadi “jackpot” bagi mereka. Selain itu, kadang mereka juga menemukan benda berharga lainnya seperti jam tangan, kunci, atau bahkan perangkat elektronik kecil yang jatuh dan terkubur. Nilai temuan mereka sangat bervariasi setiap malam. Ada malam-malam “paceklik” di mana mereka hanya menemukan sedikit koin atau bahkan tidak sama sekali. Namun ada juga malam-malam “panen raya” di mana mereka bisa membawa pulang temuan yang bernilai jutaan rupiah. Ini adalah bagian dari ketidakpastian profesi ini yang juga menambah adrenalin dalam setiap perburuan.
Setelah menemukan barang berharga, bagaimana mereka menentukannya nilai atau menjualnya? Untuk koin, mereka biasanya mengumpulkannya dan menukarkannya di pagi hari. Untuk perhiasan, sebagian besar dari mereka memiliki kenalan di toko emas atau pedagang barang bekas yang dapat menilai dan membeli barang tersebut. Ada juga yang menjualnya secara langsung kepada kolektor atau pihak lain yang berminat, terutama jika perhiasan tersebut memiliki ciri khas tertentu. Mereka juga sangat berhati-hati dalam menjaga kerahasiaan transaksi ini untuk menghindari masalah.
Meskipun terdengar menarik, profesi pemburu harta karun malam hari ini bukannya tanpa tantangan dan risiko. Tantangan fisik adalah yang paling kentara. Bekerja di malam hari, di bawah suhu dingin dan melawan angin laut yang kuat menuntut stamina prima. Berjalan kaki berjam-jam di pasir, membungkuk dan menggali, dapat menyebabkan kelelahan ekstrem dan masalah kesehatan jangka panjang seperti nyeri punggung atau sendi. Kondisi cuaca ekstrem seperti hujan lebat atau badai kecil juga menjadi penghalang, meskipun mereka seringkali tetap nekad demi rezeki.
Risiko keamanan juga patut diperhitungkan. Bekerja sendirian atau berkelompok kecil di pantai yang gelap gulita bisa mengundang bahaya dari orang asing yang berniat jahat. Ada juga risiko menginjak benda tajam yang tersembunyi, kondisi pantai yang tidak terduga, seperti adanya lubang dalam atau arus balik yang kuat, juga bisa menjadi ancaman. Mereka harus selalu waspada dan berhati-hati.
Pandangan masyarakat terhadap profesi mereka juga beragam. Ada yang menganggapnya sebagai pekerjaan yang unik dan menarik, namun ada pula yang memandang sebelah mata atau bahkan curiga. Bagi para pemburu ini, yang penting adalah mereka tidak merugikan siapa pun dan mendapatkan penghasilan dengan cara yang jujur, meski tidak konvensional. Mereka seringkali memilih untuk menjaga profil rendah, menghindari sorotan publik yang tidak perlu.
Penghasilan dari profesi pemburu harta karun ini, meski tidak stabil, memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan para pelakunya. Bagi banyak dari mereka, pendapatan ini memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga, menyekolahkan anak-anak, atau bahkan sedikit menabung. Ini adalah bukti nyata bahwa dengan ketekunan dan kejelian, rezeki bisa datang dari arah yang tak terduga. Mereka belajar untuk mengelola pendapatan yang tidak teratur, mengalokasikannya dengan bijak untuk hari-hari “paceklik”.
Meskipun bekerja secara individu atau dalam kelompok kecil, ada semacam komunitas tak terlihat di antara mereka. Mereka saling menghormati, berbagi tips, dan kadang-kadang membantu satu sama lain dalam kesulitan. Pengalaman serupa membentuk ikatan persaudaraan yang kuat. Mereka adalah bagian integral dari ekosistem Pantai Pangandaran, meskipun peran mereka jarang diakui secara resmi.
Kisah para pemburu harta karun ini menawarkan pelajaran hidup yang menarik. Mereka mengajarkan tentang ketekunan, bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha, bahkan jika usaha itu dilakukan di bawah gelapnya malam. Mereka mengajarkan tentang adaptasi, bagaimana manusia bisa menemukan cara untuk bertahan hidup dan berkembang di lingkungan yang berubah-ubah. Dan yang tak kalah penting, mereka menunjukkan bahwa di balik gemerlap pariwisata, selalu ada cerita-cerita tersembunyi tentang perjuangan, harapan, dan rezeki yang tak terduga, menunggu untuk ditemukan.
Profesi pemburu harta karun malam hari di Pantai Pangandaran adalah sebuah fenomena yang jarang terekspos, namun memiliki nilai cerita yang kaya. Sekitar dua puluh individu ini, dengan metal detektor, sekop, dan senter di tangan, melangkah di bawah rembulan, mengubah pasir pantai menjadi ladang rezeki. Mereka menemukan koin-koin kecil, perhiasan yang terjatuh, dan kadang-kadang, sebuah penemuan yang benar-benar mengubah malam mereka menjadi berharga. Kisah mereka adalah narasi tentang ketekunan, adaptasi, dan keberanian. Di tengah ketidakpastian, mereka menemukan cara untuk bertahan hidup, mengandalkan pemahaman mereka tentang alam dan keahlian yang diasah bertahun-tahun. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari lanskap Pangandaran, meskipun seringkali tak terlihat oleh mata telanjang di siang hari.
Lebih dari sekadar mencari harta, mereka adalah penjaga cerita-cerita kecil yang hilang di balik gelombang. Mereka adalah cerminan dari semangat manusia yang tak pernah menyerah, selalu mencari celah, selalu beradaptasi, demi sepercik harapan dan rezeki. Jadi, lain kali Anda mengunjungi Pantai Pangandaran, luangkan waktu sejenak untuk membayangkan mereka. Di bawah terangnya bintang, di tengah dinginnya angin malam, mereka sedang beraksi, mencari kilau rezeki di balik senja yang tak pernah sepenuhnya gelap.
Liputan : Isis Koswara
Editor : Muhiran
Ikuti, sukai dan berikan komentar di TikTok Central Pers Online, klik tautan :
https://www.tiktok.com/@redaksi.centralpers?_t=8qLQn8nGCOu&_r=1
Untuk menginstal aplikasi TikTok klik tautan https://vt.tiktok.com/ZSjysWFhr/
masukkan kode undangan 72731108281