Cilacap – centralpers – Pemerintah Desa (Pemdes) Wringinharjo kembali menggelar agenda rutin tahunan berupa pagelaran wayang kulit semalam suntuk bersama masyarakat dalam penutupan rangkaian kegiatan peringatan HUT RI ke-80. Menampilkan Ki Dalang Eko Suwaryo dari Kebumen dengan lakon “Wahyu Eko Jati”, kegiatan tersebut dilaksanakan di balai desa Wringinharjo kecamatan Gandrungmangu kabupaten Cilacap pada Rabu, (27/08/2025).
Meriahnya kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Anggota DPRD kabupaten Cilacap Fraksi PKB H. Ahmad, Camat Gandrungmangu Fathan Adi Chandra, S.STP., MM yang diwakili oleh Sekcam Tuyar, SE., Kapolsek Gandrungmangu Iptu Budi Pitoyo, SH., Danramil Gandrungmangu Kapt. Inf. Sutarman, SH., Kades Wringinharjo Hasanan beserta Sekdes Imam Ma’ruf merangkap sebagai ketua panitia dan seluruh perangkat desa, Kades Rungkang Susanto, Kades Gandrungmanis Rasimin, Pj. Kades Cisumur Ruswanto, S.Sos., Kades Muktisari Salimun, Kades Penyarang kecamatan Sidareja Rasimin, BPD, TP PKK, LPPMD, RT dan RW, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, 10 Mahasiswa KKN Insima Majenang serta masyarakat.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia HUT RI ke-80 desa Wringinharjo menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh masyarakat atas partisipasinya terhadap semua kegiatan peringatan HUT RI ke-80 dari awal hingga akhir, ungkapnya.
Imam Ma’ruf mengatakan bahwa puncak HUT RI ke-80 di desa Wringinharjo adalah pagelaran wayang kulit semalam suntuk bersama Ki Dalang Eko Suwaryo dengan lakon Wahyu Eko Jati.
Sementara itu, Kades Wringinharjo dalam sambutannya menjelaskan bahwa desa Wringinharjo menjadi percontohan desa anti korupsi, sehingga pemerintah desa memohon dukungan dan partisipasi seluruh masyarakat, jelasnya.
Lebih lanjut, Hasanan meminta maaf kepada seluruh masyarakat apabila ada kesalahan baik disengaja maupun tidak dan menerima semua kritik serta saran yang diberikan oleh masyarakat, pungkasnya.
Perlu diketahui oleh masyarakat bahwa, dalam lakon wayang kulit Wahyu Eko Jati merupakan sebuah kisah pendek yang kaya akan makna filosofis. Lakon ini bercerita tentang pencarian wahyu oleh para ksatria dan raja. Wahyu Eko Jati yang berarti “wahyu satu-satunya kebenaran” atau “wahyu tunggal sejati,” digambarkan sebagai sebuah cahaya atau pusaka gaib yang hanya bisa diperoleh melalui ketekunan dan kemurnian hati. Tokoh yang mendapatkan wahyu ini biasanya adalah Pandawa (khususnya Arjuna atau Puntadewa) itupun setelah melalui berbagai ujian dan rintangan. Namun, tokoh lain seperti Kurawa juga ikut memperebutkan wahyu tersebut, tetapi mereka gagal karena motivasi mereka didasari oleh ambisi, keserakahan dan hawa nafsu.
Filosofi utama dalam lakon wayang kulit Wahyu Eko Jati adalah perjalanan manusia dalam mencari jati diri dan pencerahan spiritual. Ada beberapa poin penting dari filosofi yang dapat diambil dalam lakon wayang kulit tersebut diantaranya adalah pentingnya pengendalian diri, wahyu sebagai anugerah Tuhan, perjalanan spiritual manusia dan eko jati.
Kegagalan Kurawa dalam mendapatkan wahyu menunjukkan bahwa ambisi dan keserakahan hanya akan membawa kegagalan. Sebaliknya, kesuksesan Pandawa melambangkan bahwa pengendalian diri, kesabaran dan kemurnian hati adalah kunci untuk mencapai tujuan luhur, hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya perilaku pengendalian diri. Wahyu Eko Jati bukanlah sesuatu yang bisa direbut atau diperoleh dengan kekuatan fisik, melainkan anugerah dari Tuhan untuk diberikan kepada mereka yang berhak. Ini mengajarkan bahwa pencapaian tertinggi dalam hidup tidak hanya ditentukan oleh usaha lahiriah, tetapi juga oleh ketulusan batin.
Dalam lakon ini juga melambangkan perjalanan hidup manusia yang penuh dengan godaan dan cobaan. Rintangan yang dihadapi para tokoh dalam pencarian wahyu merupakan metafora dari tantangan hidup yang harus diatasi untuk mencapai kedamaian batin dan kesempurnaan diri, hal tersebut merupakan sebuah bagian dari perjalanan spiritual manusia. Nama wahyu ini adalah Eko Jati yang mengandung makna bahwa kebenaran sejati itu tunggal. Manusia harus berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan serta menyingkirkan hal-hal yang menyesatkan agar bisa menemukan jati diri yang sesungguhnya.
Secara keseluruhan, lakon wayang kulit Wahyu Eko Jati dapat dijadikan sebuah pengingat bahwa kekayaan dan kekuasaan tidak akan membawa kebahagiaan sejati. Karena kesejatian hidup hanya bisa dicapai melalui perjuangan batin untuk menguasai diri dan mengejar kebenaran yang hakiki.
Liputan : Muhiran
Editor : Chy