Cilacap, Central Pers – Lakon wayang kulit Semar Mbangun Pasar Sore bersama Ki Dalang Guntur Riyanto dari Maos Cilacap menjadi puncak tasyakuran sedekah bumi yang rutin digelar setiap tahun oleh Pemerintah Desa Sidaurip Gandrungmangu. Pagelaran wayang kulit semalam suntuk tersebut dilaksanakan di depan aula desa Sidaurip kecamatan Gandrungmangu kabupaten Cilacap Jawa Tengah pada Jumat, (04/07/2025).
Sebelum pagelaran wayang kulit dilaksanakan, pada siang hari dilaksanakan ruwat bumi dan dilanjutkan tasyakuran berupa doa bersama masyarakat (Kenduri dalam bahasa Jawa-red).
Hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya adalah Camat Gandrungmangu Fathan Ady Chandra, S.STP., MM yang diwakili oleh Kasi Trantibum Bambang Purwanto, S.Sos., Danramil Gandrungmangu Kapt. Inf. Sutarman, SH., Kapolsek Gandrungmangu Iptu Budi Pitoyo, SH., Kades Sidaurip Gandrungmangu Tasimin bersama Sekdes Sofa Burhani, S.Pd., Kades Wringinharjo Hasanan bersama Sekdes Imam Ma’ruf, S.Pd., Pj. Kades Cisumur Ruswanto, S.Sos. bersama Sekdes Sofyan Khasani, S.S., Kades Gandrungmangu Nuryani, seluruh perangkat desa bersama RT dan RW, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Masyarakat.
Dalam sambutannya, Kades Sidaurip Gandrungmangu menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat yang telah melaksanakan swadaya untuk kegiatan pagelaran wayang kulit dan peringatan HUT RI pada Agustus nanti, ungkapnya.
Selain itu, beliau menghimbau kepada seluruh masyarakat Sidaurip agar tidak sungkan ke kantor desa apabila ada permasalahan karena Pemerintah Desa siap membantu mencarikan solusi, lanjutnya.
Perlu diketahui oleh masyarakat bahwa tasyakuran sedekah bumi dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dilaksanakan Pemerintah Desa Sidaurip murni merupakan swadaya masyarakat, bahkan Kades Sidaurip ikut menyumbangkan seekor kambing guna memenuhi kebutuhan konsumsi kegiatan tersebut.
Sementara itu, Ki Dalang Guntur Riyanto memainkan wayang kulit dengan alur cerita berawal dari keprihatinan Semar melihat kondisi rakyat yang serba kekurangan dan sulit mencari nafkah. Pasar-pasar yang ada dikuasai oleh para pedagang besar yang tamak, sehingga harga-harga melambung tinggi dan rakyat kecil semakin tercekik. Tergerak oleh rasa iba, Semar berinisiatif untuk membangun sebuah pasar baru yang dinamakan Pasar Sore. Bukan sembarang pasar, Pasar Sore diniatkan sebagai tempat dimana transaksi berlangsung secara jujur, harga terjangkau dan semua pihak mendapatkan keuntungan yang adil.
Dalam proses pembangunannya, Semar menghadapi berbagai rintangan, ia mendapat cibiran dan halangan dari para penguasa serta pedagang lama yang merasa terancam dengan keberadaan Pasar Sore. Namun, dengan kesabaran, kebijaksanaan juga bantuan dari anak-anaknya (Gareng, Petruk, Bagong), serta dukungan dari rakyat jelata, Semar berhasil mewujudkan mimpinya. Pasar Sore pun berdiri dan segera menjadi ramai dikunjungi. Rakyat kecil bisa menjual hasil panennya dengan harga layak dan pembeli pun bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Keberhasilan Pasar Sore menunjukkan bahwa keadilan dan kesejahteraan dapat diwujudkan jika ada niat tulus dan perjuangan tanpa henti.
Lakon Semar Mbangun Pasar Sore merupakan cerita wayang kulit yang sarat makna, menggambarkan upaya Semar untuk membangun sebuah pasar yang berkeadilan dan menyejahterakan rakyat kecil. Kisah ini sering kali menjadi sindiran sosial yang relevan hingga sekarang. Lakon ini juga mengajarkan banyak hal, diantaranya adalah pentingnya keadilan ekonomi, keberpihakan kepada rakyat kecil, semangat gotong royong serta keberanian untuk melawan keserakahan demi kemaslahatan bersama.
Liputan : Muhiran
Editor : Wakil Pimpinan Redaksi