Proyek P3-TGAI di Desa Rejamulya Berbenah Pasca Sorotan Publik, Transparansi Pembangunan Agar Lebih Baik

Cilacap – centralpers – Pelaksanaan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) di desa Rejamulya kecamatan Kedungreja kabupaten Cilacap Jawa Tengah menjadi cerminan nyata dari dinamika pembangunan ditingkat bawah. Proyek yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani ini sempat menuai sorotan publik terkait dugaan ketidaksesuaian teknis. Namun, respons cepat dari pelaksana proyek untuk melakukan perbaikan menunjukkan pentingnya sinergi antara kontrol sosial dan komitmen transparansi dalam mengelola dana publik.

Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Jaya Makmur berinisial S kepada awak media menyampaikan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti semua masukan dan kritikan yang beredar pada Senin (08/09/2025).

“Kami berterima kasih atas perhatian dari rekan-rekan media dan masyarakat. Semua masukan tersebut kami pandang sebagai bentuk kepedulian demi hasil pembangunan yang maksimal. Perbaikan telah dan sedang kami laksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang seharusnya,” ujarnya.

Sebelumnya, beberapa media online memberitakan adanya beberapa kejanggalan dalam proyek yang dikelola oleh P3A Jaya Makmur. Setelah ditelusuri, diketahui bahwa salah satu isu utama adalah pemasangan beberapa saluran pembuangan tambahan yang tidak tercantum dalam desain awal. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan bahwa pemasangan ini merupakan respons atas permintaan langsung dari warga sekitar. Tujuannya adalah membantu mengalirkan air dari pekarangan rumah warga yang kerap tergenang saat hujan agar bisa masuk ke saluran irigasi.

Inisiatif ini, meskipun berangkat dari niat baik untuk menyelesaikan masalah lokal, secara prosedural menyimpang dari kerangka acuan kerja. Material yang digunakan untuk saluran tambahan tersebut tidak dianggarkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan tidak ada dalam gambar teknis yang telah disetujui.

“Itu murni aspirasi warga yang kami coba akomodasi, mereka meminta agar dibuatkan lubang pembuangan supaya halaman tidak banjir. Namun, kami menyadari bahwa setiap pengerjaan harus patuh pada dokumen perencanaan. Oleh karena itu, bagian tersebut telah kami bongkar dan kami bangun kembali sesuai gambar teknis yang benar,” jelasnya.

Persoalan lain yang sempat menjadi perbincangan adalah terkait kualitas pengerjaan bekisting atau cetakan cor. Namun, setelah dilakukan peninjauan langsung oleh Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM), konstruksi tersebut dinilai masih dalam kategori wajar dan tidak ditemukan kesalahan fatal yang dapat membahayakan struktur bangunan irigasi.

Link berita terkait, klik tautan :
Misteri Proyek Irigasi P3-TGAI di Desa Rejamulya, Dana Ratusan Juta dan Material yang Tak Lazim https://centralpers.press/misteri-proyek-irigasi-p3-tgai-di-desa-rejamulya-dana-ratusan-juta-dan-material-yang-tak-lazim/

Dugaan bahwa Ketua P3A Jaya Makmur sulit ditemui untuk dimintai konfirmasi juga menjadi bagian dari narasi yang berkembang, hal tersebut sempat memicu spekulasi mengenai kurangnya transparansi. Namun, S menjelaskan bahwa padatnya jadwal dilapangan menjadi kendala utama. Pelaksanaan proyek P3-TGAI ini kebetulan bersamaan dengan musim panen raya padi di wilayah tersebut. Sebagai seorang petani aktif, ia harus membagi waktu dan tenaganya antara mengawasi pengerjaan proyek irigasi dengan aktivitas panen di sawahnya, mulai dari proses pemetikan hingga pengeringan gabah.

“Mohon maaf jika saya terkesan sulit dihubungi. Selain tanggung jawab pada proyek ini, saya juga harus memastikan panen pribadi saya tidak gagal. Ini adalah tantangan yang dihadapi banyak petani yang terlibat dalam program swakelola seperti ini. Namun, kami tetap berkomitmen pada akuntabilitas,” tambahnya.

Untuk memahami konteks peristiwa ini secara utuh, penting bagi masyarakat untuk mengetahui tujuan fundamental dari program P3-TGAI. Program yang diinisiasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini bukanlah sekadar proyek infrastruktur biasa. P3-TGAI dirancang sebagai instrumen strategis untuk mencapai ketahanan pangan nasional. Tujuan utamanya adalah memperbaiki, merehabilitasi atau meningkatkan jaringan irigasi ditingkat tersier (saluran yang langsung mengarah kelahan sawah petani).

Dengan saluran irigasi yang berfungsi optimal, distribusi air menjadi lebih efisien serta indeks pertanaman dapat meningkat dan pada akhirnya produktivitas pertanian pun terdongkrak. Lebih dari itu, program ini mengusung dua prinsip utama pemberdayaan masyarakat dan padat karya tunai. Pelaksanaannya sengaja diserahkan kepada P3A (swakelola) untuk memberdayakan petani agar mereka memiliki rasa kepemilikan dan mampu mengelola jaringan irigasi mereka sendiri secara berkelanjutan. Disisi lain, skema padat karya tunai memastikan bahwa dana proyek sebagian besar berputar di ekonomi lokal dengan memprioritaskan tenaga kerja dari masyarakat setempat. Hal ini memberikan penghasilan tambahan bagi warga, terutama diluar musim tanam.

Kasus di desa Rejamulya ini menjadi contoh konkret bagaimana fungsi kontrol sosial yang salah satunya dijalankan oleh media massa berperan vital dalam mengawal pembangunan. Penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas yang tinggi. Kritik dan pengawasan yang dilakukan oleh media dan masyarakat bukanlah untuk mencari-cari kesalahan, melainkan sebagai bentuk dukungan konstruktif.

Pengawasan eksternal ini mendorong pelaksana proyek untuk bekerja lebih cermat, teliti dan sesuai aturan. Ketika ditemukan adanya potensi penyimpangan, laporan publik menjadi mekanisme peringatan dini yang efektif. Respons positif dari P3A Jaya Makmur untuk segera melakukan perbaikan adalah preseden yang baik, ini menunjukkan adanya kedewasaan dalam menyikapi kritik. Pelaksana proyek tidak bersikap defensif, melainkan menerima masukan dan melakukan tindakan korektif. Inilah esensi dari pembangunan partisipatif.

Setelah perbaikan dilakukan dan isu yang berkembang telah diklarifikasi, maka menjadi sebuah kelengkapan informasi bagi media untuk mempublikasikan kelanjutan dari berita tersebut. Hal ini penting untuk memberikan gambaran yang utuh kepada masyarakat, bahwa masalah yang ada telah ditangani dan pembangunan kembali berjalan di rel yang benar. Dengan demikian, kepercayaan publik terhadap program-program pemerintah yang melibatkan partisipasi masyarakat dapat terus terjaga. Kini, pembangunan saluran irigasi di desa Rejamulya terus berlanjut, dengan harapan dapat segera berfungsi dan memberikan manfaat maksimal bagi para petani setempat.

Liputan  :  Muhiran
Editor     :  Chy

Exit mobile version